K E J A W E N
JAGAD KEJAWEN
The Javanese Culture & SpiritualityKejawen adalah sebuah kata bahasa Jawa yang berasal dari kata :
Jawa. Jagad Kejawen adalah nama website kami. Berbicara mengenai Jawa mengacu kepada beberapa arti a.l. :
1. Pulau JawaTanah cantik jelita, beriklim
tropis nyaman, terkenal dengan pemandangan indah yang mentakjubkan
berupa petak-petak sawah berundak yang subur, diantara gunung-gunung
berapi menjulang tinggi menggapai langit biru dan hamparan tanaman padi
didataran rendah sampai ketepi-tepi pesisir yang diteduhi pohon-pohon
kelapa melambai dibuai angin semilir. Tanah yang subur menunjang
tumbuhnya palawija/tanaman-tanaman pangan yang lainnya seperti : jagung,
ubi, berbagai jenis sayur-mayur, kacang dan juga tanaman perkebunan
seperti : tebu, jati, teh, coklat, kopi, karet, dll. Berbagai tanaman
hias dan bunga-bunga menghiasi berbagai tempat, indah berwarna-warni dan
beberapa diantaranya harum semerbak. Semua itu menjadikan tanah Jawa
dikenal oleh berbagai bangsa-bangsa lain.
Orang-orang Eropa pada
waktu dulu sering menggambarkan suburnya tanah Jawa dengan canda ria ,
mengatakan : “Hati-hati, jangan terlalu lama menaruh tongkat kayu (bah.
Jawa “
teken”) ditanah, nanti berubah menjadi pohon”.
Orang-orang
Arab sejak dulu juga mengagumi pulau Jawa yang hijau sepanjang tahun
dan airnya jernih melimpah ruah, tanahnya subur, banyak makanan dan
udaranya nyaman , dengan ucapan :”
Al Jazeera Jawa, Kit atun minal jana” – “Pulau Jawa adalah sepotong tanah surga”.
Untuk
sekedar informasi bagi teman-teman lain benua : Jawa adalah sebuah
pulau di Indonesia , Asia Tenggara , antara benua Asia dan Australia,
tepat disebelah barat pulau Bali, sedikit diselatan garis katulistiwa.
Membujur dari timur kebarat sepanjang 600 mil dengan lebar antara 60
sampai dengan 120 mil, luasnya sekitar 51.000 mil persegi.
Penduduk
sangat padat , lebih dari 100 juta orang menghuni Jawa, artinya lebih
dari separuh penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Luas Indonesia
sekitar 735.000 mil persegi (1.904.000 km2) dengan ibukotanya Jakarta.
2. Manusia JawaPada jaman dulu, yang disebut
manusia Jawa adalah semua orang yang tinggal di Jawa. Namun dalam
perkembangannya menimbulkan grup-grup etnis – linguistik : Jawa Barat
ditinggali orang-orang Sunda, sedangkan orang Jawa tinggal di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.. Lalu timbul lagi etnis Betawi di Jakarta, Baduy
di Banten, Tengger disekitar Bromo , Osing di Banyuwangi, Madura di Jawa
Timur sisi Timur.
Dalam pergaulan sehari-hari lebih spesifik
menyebut daerah kota asalnya , jadilah orang Jogya, orang Solo,
Banyumas, Tegal, Semarang, Madiun, Malang, Surabaya, dll.
Ini juga kebiasaan dibelahan lain dunia. Ada
Londoner-orang London,
New Yorker-orang New York,
Parisien-orang Paris,
Moskwic-orang Moskwa. Di tanah Jawa sejak dulu juga tinggal warganegara Indonesia keturunan Tionghwa, Arab, India, Eropa, dll.
The Java ManDimasa yang disebut pre-historic,
menurut penelitian ilmiah, ada sekelompok manusia purba tertua didunia
yang diketemukan di Jawa. Tepatnya di Sangiran , Sragen, Jawa Tengah.
Keberadaannya sudah ada 1,9 juta tahun yang lalu. Orang purba tersebut
disebut
Homo Erectus – manusia yang berdiri kemudian dikenal sebagai
The Java Man,
manusia Jawa. Penemuan selanjutnya menemukan fosil-fosil manusia purba
di Wajak, Mojokerto. Sejarah keberadaan manusia di Jawa ternyata sudah
berjalan dalam kurun waktu yang panjang.
Keberadaan orang Jawa
ditanah Jawa , tentulah mempunyai sejarah dan budayanya yang perlu
dicermati terutama oleh anak keturunan orang Jawa dan penduduk yang
mendiami tanah Jawa.
Jayabaya : Sekelumit sejarah dan cerita rakyatNama
Jayabaya sangat populer tidak hanya dikalangan orang tradisional Jawa,
tetapi juga bagi orang Indonesia umumnya, dikarenakan adanya ramalan
kuno yang disebut
Jangka Jayabaya, yang ramalannya seputar kemerdekaan Indonesia 1945 – benar.
Indonesia
merdeka didahului dengan masuknya tentara Jepang selama 3,5 tahun
dengan mengusir kolonialis Belanda yang telah bercokol lebih dari 3.5
abad dinegeri ini. Dengan tepat pula meramalkan siapa Ratu, maksudnya
Pemimpin , Presiden pertama R.I dan bagaimana perjalanan perjuangannya.
Ramalan yang sering disebut Pralambang Jayabaya ini berlaku sampai
dengan tahun 2150-an.
Isi ramalan Jayabaya adalah :
1. Ramalan tentang perjalanan negara di Nusantara/Indonesia.
2. Sikap ratu/pemimpin yang baik yang seharusnya dilakukan dan sikap jelek yang pantang dilakukan.
3. Contoh perilaku ratu/pemimpin yang bisa jadi panutan.
4. Sikap pamong/priyayi/birokrat dan tingkah laku manusia dimasyarakat pada saat tertentu..
5. Gejolak alam, yaitu berbagai bencana alam termasuk wabah dan penyakit , perubahan iklim dan geologis/geografis.
6. Watak dan tindakan manusia yang mempengaruhi kehidupan secara umum, keadaan negara dan perilaku alam.
Esensi
pralambang Jayabaya mengandung nasehat yang bijak, bagaimana manusia
bisa hidup selamat sejahtera dengan berkah Tuhan. Tentu harus punya
kesadaran yang tinggi, selalu berbuat baik terhadap sesama manusia,
mahluk, bumi, alam dan menyadari kodratnya sebagai titah dari Sang
Pencipta. Dengan berbudi luhur, manusia akan mengalami kehidupan di
jaman
Kalasuba, yang serba baik,enak, makmur, tetapi kalau
masih saja melanggar norma-norma baku kehidupan seperti moralitas, tata
susila , maka masyarakat dan negeri ini akan berada pada jaman
Kalabendu,
yang serba nista, terpuruk, tidak karuan.Pada saat ini kita tidak
mengupas ramalan ini, nanti pada kesempatan lain, karena masih banyak
hal yang relevan, yang menarik untuk diketahui.
Siapa JayabayaTentang
siapa sebenarnya Jayabaya, ada beberapa pendapat yang bergulir. Yang
jelas, ada persamaan pendapat, beliau adalah Prabu Jayabaya, seorang
raja dari Kerajaan Kediri di Jawa Timur .
Ada yang berpendapat ,
sesuai dokumen sejarah bahwa Prabu Jayabaya adalah salah seorang raja
Kediri diabad ke XI, dimana pada masa itu seni sastra , tari dan musik
gamelan berkembang pesat.
Sementara itu ada pendapat lain
terutama dari kalangan kebatinan bahwa eksistensi Jayabaya adalah diabad
ke IV di Kediri , Jawa Timur. Menurut sumber ini, Kediri adalah
kerajaan pertama di Jawa. Dari sini berpindah ke Jawa Tengah di Mataram
Kuno disekitar Borobudur, Prambanan, lalu pindah lagi ke Jawa Timur di
Jenggala, Kediri dan sekitarnya selanjutnya ke Sigaluh , Jawa Barat,
lalu pindah lagi ke Jawa Timur yaitu Majapahit. Lalu pindah ke Jawa
Tengah , yaitu Demak, Pajang, Mataram, diikuti jaman penjajahan Belanda,
Jepang dan Nusantara merdeka.
Sebenarnya, penduduk pulau Jawa
sejak jaman kabuyutan (sebelum datangnya pengaruh Hindu yang
memperkenalkan sistim kerajaan), baik yang tinggal di Jawa bagian barat,
tengah maupun timur itu sama saja. Baru kemudian dalam perkembangannya
muncul suku-suku dan pembagian daerah kediaman suku. Sebenarnya asal
mulanya satu sebagai orang Jawa, orang yang menempati pulau Jawa.
Penduduk
selalu mengikuti ratunya yang memindahkan pusat kerajaan. Pernah di
Banten, Pasundan, Mataram, Kediri,Majapahit, penduduk mengikuti ratu
membangun negeri. Maklum jumlah penduduk pulau Jawa pada saat itu
sedikit sekali. Bekas negeri/kerajaan yang ditinggalkan penghuninya
ketempat lain, menjadi hutan kembali. Kalau ada raja atau kepala daerah
yang kejam, akan ditinggal pergi oleh kawulanya dan mereka pindah
ketempat lain yang lebih baik.
Watak mulia JayabayaSemua
pihak berpendapat bahwa Prabu Jayabaya sangatlah bijak, kuat tirakatnya
dalam mengemban tugas negara. Untuk memecahkan persoalan negara yang
pelik, Sang Prabu disertai oleh Permaisuri,
Ratu Pagedhongan, disertai puila oleh beberapa menteri terkait, melakukan perenungan di
Padepokan Mamenang, memohon petunjuk Gusti, Tuhan.
Perenungan
bisa berlangsung beberapa hari, minggu, bisa juga sebulan, sampai
mendapatkan jawaban/petunjuk dari Dewata Agung, mengenai langkah yang
harus dilakukan demi kebaikan kawula dan negara.
Selama masa
perenungan di Mamenang, Raja dan Ratu hanya menyantap sedikit kunyit dan
temulawak (tiga buah sebesar jari telunjuk) dan minum secangkir air
putih segar yang langsung diambil dari mata air, sehari cukup 2 atau 3
kali. Sedangkan para menteri hanya menyantap semangkok bubur jagung dan
secangkir air putih setiap waktu makan.
Setelah mendapatkan jawaban/solusi , Raja dan rombongan kembali ke istana di Kediri.
Sabdo Pandito RatuDi istana diadakan
Pasewakan Agung
, rapat kerajaan yang dipimpin raja, dikesempatan tersebut raja
mengumumkan kebijakan yang diambil kerajaan dan yang mesti dijalankan
dan ditaati seluruh pejabat dan kawula.
Apa yang diputuskan dan telah diucapkan oleh raja didepan rapat itu, disebut
Sabdo Pandito Ratu atau
Sabdo Brahmono Rojo,
harus diterima dan dilaksanakan oleh semua pihak termasuk oleh raja
sendiri. Jadi , seorang raja/pemimpin itu harus memenuhi janji dan apa
yang diucapkan harus ditepati, tidak boleh
mencla-mencle , cedera janji.
Ini adalah salah satu falsafah kepemimpinan Kejawen yang sudah dikenal sejak masa kuno.
Jayabaya versi KebatinanJayabaya adalah Raja Kediri, sering diartikan sebagai kelahiran manusia pertama di Jawa, adalah didaerah Kediri , Jawa Timur.
Didaerah ini ada dataran subur , suasananya nyaman untuk dihuni, namanya Pare, dari kata
pari , beras, makanan pokok manusia.
Ini
merupakan gambaran keberadaan manusia yang lahir dibumi dengan
terjamin, karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya makanan.
Raja Jayabaya sebelum turun ke
mayapada, mewujudkan diri
sebagai manusia yang hidup dibumi , adalah Raja Dewa dari kahyangan .
sorga, domainnya para dewa-dewi. Raja Dewa itu bernama
Wishnu,
Raja Dewa kehidupan pelestari jagat. (Sejak masuknya pengaruh Hindu, di
Jawa mulai timbul negeri dengan sistim kerajaan, menggantikan “tata
pemerintahan” asli yang berupa
Kabuyutan , yang pemimpinnya
Dewan Pinisepuh, orang-orang tua . Nama-nama Hindu mulai diadopsi, meskipun mereka adalah orang-orang Jawa asli).
Wishnu
dari domainnya mengamati bumi dengan seksama, mencari tempat yang
nyaman untuk dijadikan kerajaaannya. Dia merasa cocok untuk tinggal di
Kediri.
Dewa yang ingin menjadi manusia bumi, harus memenuhi
syarat-syaratnya. Seperti diketahui dewa itu tinggal di kahyangan,
alamnya dewa, alamnya suksma, spirit, roh, tidak memakai badan fisik,
karena berbadan sinar. Sedangkan untuk hidup di bumi, suksma harus
“memakai pakaian” yang berujud badan fisik dan eteris atau istilah
lokalnya badan kasar dan badan halus.
Badan fisik dan eteris itu
berintikan elemen-elemen alam : api, udara, air dan tanah dan itu semua
harus dalam keadaan sehat, dengan piranti-pirantinya yang bekerja
canggih.
Suksma yang menyatu dengan raga , harus sinergis , semua
sistimnya bekerja dengan sempurna, sehingga menjadi manusia hidup yang
normal yang mampu berkiprah lahir bathin. Kalau penyatuan suksma dengan
raga tidak pas , tidak sempurna , ada yang “korsluit” maka yang mewujud
adalah manusia cacat badan, pikiran atau mental.
Untuk
terwujudnya/lahirnya manusia yang normal, persyaratannya adalah niat
baik, yang diberkahi oleh Sang Suksma Agung, Pencipta Kehidupan. Juga
persyaratan hidup dibumi harus dipenuhi sebaik-baiknya.
Manifestasi
kehidupan suksma di bumi, lumrahnya dan pada masa kini adalah lewat
kelahiran seorang bayi. Bayi yang sehat lahir-bathin yang dilahirkan
dari gua garba ibu , setelah berhasil dibuahi bapak.
Sehingga
perlu adanya ibu–bapak yang sehat lahir bathin, ciptanya baik dan benar,
menyatu dalam rasa dan raga , tumbuhlah janin.
Dengan sepengetahuan
Sang Suksma Agung, Tuhan, suksma yang sesuai turun kebumi, mendapatkan
pakaian baru berupa raga fisik dan eteris. Lahirlah seorang manusia baru
dengan misi yang mesti dilaksanakan didunia.
Pada kenyataannya
manusia adalah suksma, spirit , roh yang berbadan raga fisik dan
eteris atau raga kasar dan halus. Suksma tidak akan rusak untuk
selamanya, kalau badan rusak, suksma akan kembali ke asal-muasalnya
keharibaan Sang Suksma Agung, Gusti, Tuhan.
Pemahaman
manusia suksma ini jangan dibalik menjadi raga hidup yang bernyawa,
seperti yang dianut sementara orang. Akhirnya orang tersebut dalam
hidupnya mengutamakan kepentingan raga, ingin selalu mengenakkan raganya
sendiri, maka kelakuannya penuh nafsu : mau makan enak, kuasa, kaya
duniawi yang egoistis. Mereka lupa kepada misi hidup pokok yang
sebenarnya, dibumi malah saling
gontok-gontokan dan berkelahi.
Suksma
yang berhasil terlahir menjadi bayi, hidup sehat lahir bathin, itu
telah melalui perjalanan perjuangan yang maha hebat. Dari beribu-ribu
bahkan jutaan benih yang meluncur kegua garba ibu, hanya satu yang
berhasil menjadi bayi. Inilah Suksma yang lulus jadi bayi, dia menang,
Jaya, terlepas dari segala bahaya -
baya dan menjadi bayi manusia - Jayabaya .
Oleh karena itu Jayabaya ada di Kediri, artinya suksma yang jaya hidup
Ke dalam
Diri-badan manusia..
Inilah pemahaman sejati mengenai terjadinya kehidupan manusia yang sudah sejak dulu merupakan ajaran Kejawen.
KejawenKejawen
dalam pengertian yang umum mencakup budaya, tradisi, ritual, seni,
sikap dan pandangan hidup orang Jawa. Selain itu Kejawen juga berarti
kebatinan atau Spiritualitas Jawa.
Hendaknya diketahui bahwa
sebelum agama-agama besar masuk ke Jawa, orang Jawa telah mempunyai
kepercayaannya sendiri yang sangat menghormati dan manembah kepada
Gusti Sang Akarya Jagat atau
Gusti atau Pangeran, Tuhan Sang Pencipta Alam berikut segala isinya termasuk manusia.
Kepercayaan
Kejawen diturunkan secara turun temurun dari para leluhur. Orang Jawa
sangatlah menghormati ajaran dan pesan pinisepuh yang bernilai tinggi
dan bijak. Menurut kebiasaan kuno, pesan orang tua dijunjung tinggi
bagai pusaka, dijaga kebenarannya untuk tidak diselewengkan.
Penyembahan kepada
Gusti dilakukan melalui panembah, hening, samadi, ritual tradisional dan pralambang-pralambang.
Orang Jawa sejak dulu tidak mengenal penyembahan (atau yang diujudkan) patung-patung Dewa..
Kabeh agama iku apik/Semua agama itu baikSejak
dulu, orang Jawa selalu bersikap toleran dan berwawasan luas. Oleh
karena itu, agama-agama dari luar tanah Jawa diterima dengan baik dan
tidak dihalangi untuk berkembang .. Ini sesuai dengan pandangan
nenek-moyang Jawa bahwa :
kabeh agama iku apik-semua agama itu baik.
Para
pinisepuh kejawen dari dulu yakin bahwa semua agama mengagungkan Tuhan Sang Pencipta , meskipun dengan cara-cara yang berlainan.
Jadi tidak ada alasan untuk melarang suatu agama atau kepercayan terhadap Tuhan YME.
Selain
itu, setiap agama pada intinya menyebarkan ajaran dan tuntunan mulia
bagi para penganutnya , demi terwujudnya kehidupan yang damai dan
sejahtera lahir bathin.
JagadKejawen – The Javanese Culture & SpiritualityIni nama website kami, logonya
alu dan
lumpang.
Sebagai
anak manusia yang terlahir ditanah Jawa dan itu bukan hal yang
kebetulan bahwa kami dititahkan untuk menjalani kehidupan yang sekarang
ditanah ini Kami terpanggil untuk turut melestarikan ajaran dan budaya
Kejawen yang adiluhung dan memperkenalkan kepada saudara-saudara kami
tidak hanya kepada orang-orang Jawa generasi kini, yang mungkin karena
kesibukannya belum sempat meluangkan waktu untuk mencerna dan menghayati
Kejawen dari perspektif yang lebih jernih.
Dengan membaca
pesan-pesan yang tersirat disini, bila seandainya mempunyai sudut
pandang lain, setidaknya bisa mengetahui bahwa ada orang-orang Jawa yang
secara konstruktif berusaha mencurahkan hati dan usahanya untuk
melestarikan Kejawen.
Sikap hidup ajaran Kejawen itu “
merdiko”,
bebas dalam berpikir dan bersikap, mengekspresikan pendapat. Orang
tidak boleh memaksakan kehendaknya, tetapi kalau dipaksa juga tidak
setuju.
Kejawen termasuk spiritualitasnya, oleh kami dan saudara-saudara kami yang sefaham dan sepakat untuk
nguri-uri – melestarikan Kejawen, akan kami
giyarke
– perkenalkan, sebar luaskan kepada dunia, kekancah internasional.
Sebab, pendekatan dan pemahaman lewat budaya terbukti ampuh, sangat
efektif untuk memupuk semangat saling mengenal, menghargai dan saling
menyayangi,
welas asih antar sesama anak manusia dari suku dan bangsa apapun diseluruh dunia. Seperti kata pepatah : Tidak sayang karena tak kenal.
Spiritualitas Jawa atau kebatinan, laku spiritual untuk menemukan jati-diri, Pribadi Sejati, Pencerahan, dimana hubungan
kawulo Gusti serasi. Spiritualitas Kejawen mudah difahami oleh kaum spiritualis manapun karena sifatnya universal.
Alu/pounder dan Lumpang/Rice-mortar adalah logo website ini :Ini
melambangkan bertemunya Bapak Angkasa dan Ibu Bumi, manifestasi
penciptaan sakral didunia ini. Melalui pertemuan Enerji Alam Semesta
kedalam gua garba Pertiwi, merupakan perlambang manifestasi kehidupan
manusia diplanet bumi ini, atas perkenan
Gusti, Sang Pencipta.
Dimasa lalu terutama dipedesaan, diluar rumah atau didekat lumbung padi , selalu ada
Alu yang diletakkan diatas
Lumpang. Itu merupakan perlambang eksistensi kehidupan yang sejahtera dibumi dengan berkah
Gusti.
Kehidupan yang sempurna didunia terjadi atas karsa dan berkah
Gusti, dilambangkan dengan
Alu Bapak Angkasa –
Dayaning Urip – Daya Hidup. Daya hidup dari
Gusti yang menyatu dalam gua garba Pertiwi yang subur dan mendukung , dilambangkan dengan Lumpang/Ibu Bumi.
Oleh karena itu, bila umat manusia ingin mendapatkan berkah
Gusti, supaya ada kehidupan yang baik dibumi, bumi dan alam semesta harus dilestarikan dan diperlakukan dengan sebaik-baiknya,
Memayu Hayuning BawonoMelestarikan kecantikan
jagad adalah salah satu sikap dan kebajikan hidup,jawa yang sangat
prinsipil dan sampai kini tetap relevan , juga dikancah global
dikumandangkan para pelestari lingkungan dengan ungkapan
Save our planet- selamatkan planet kami.
Alu dan
Lumpang yang menyatu secara spiritual juga menunjukkan sikap hidup yang melambangkan hubungan serasi antara
kawulo dan
Gusti, istilah kebatinan Jawa :
Jumbuhe kawulo Gusti atau
Manunggaling kawulo Gusti.
Catatan untuk saudara-saudara kita bangsa IndonesiaKami sepenuhnya menyadari bahwa budaya Kejawen adalah sebuah permata dari untaian kalung permata Nusantara yang indah.
Semua
sukubangsa di Indonesia sama berharganya dan punya kedudukan sejajar.
Budaya masing-masing suku sudah dan akan diperkerkenalkan oleh
saudara-saudara kita yang fasih dalam bidangnya.
Kami menampilkan
Kejawen jauh dari prasangka untuk mencuatkan sukuisme, itu semata hanya
karena kami merasa lebih menguasai bidang ini.
Budaya beragam suku-suku dari seluruh pelosok tanah air, membentuk taman indah, harum berwarna-warni di persada Indonesia.
Motto yang membuat bangsa Indonesia rukun adalah
Bhineka Tunggal Ika-Berbeda-beda tetapi satu. Sebenarnya motto ini relevan juga dipakai ditingkat mondial dalam pergaulan antar bangsa-
Unity in diversity.